Setelah Video DSLR Jadi Mainstream, Apa Lagi?

image

Apa lagi yang bakal mengguncang dunia videography dan indie filmmaking? Lahirnya kemampuan rekam video di kamera DSLR merevolusi semuanya, memberi akses terjangkau untuk menciptakan video dengan visual yang bukan sekedar tajam namun juga punya dimensi. Tidak lagi datar dan hambar. Dengan begitu banyak pilihan di semua range harga, hampir semua filmmaking-enthusiast mampu beli HDSLR sekarang. Produsen kamera pun juga hepi. Teknologi sudah sampai di titik yang baru. Tapi terus apa lagi dari sisi hardware? Resolusi lebih tinggi? 4K? Ah, buat saya nggak menarik. Belum. Emangnya mau bikin apa sampai butuh Ultra HD? Selain overkill, harga kamera dan workflownya juga belum bersahabat. Yang saya tunggu adalah produk revolusioner, yang menggerakkan massa, yang terjangkau, dan masuk akal, bukan produk kelas atas yang overkill. Yang realistis.

Sebelum ada produk yang mendobrak seperti waktu pertama kali Nikon D90 keluar dengan kemampuan video, dan disusul Canon 5DMkII, rasanya sekarang ini seperti stagnan. Canon Cinema 1D? C300? RED? Ngiler? Saya sih nggak. Gimana yah, nggak kepake dan nggak kebeli. Ngapain ngiler? Kayaknya untuk waktu lama, memang HDSLR jadi solusi standard. Mungkin terobosan berikutnya bukan di kameranya. Di operasi, di workflow. Mobile devices seperti smartphone atau tablet sudah mulai masuk ke fotografi dan videografi. Seperti saya bisa mengendalikan secara live-view HDSLR saya di layar smartphone. Mungkin monitoring jadi lebih murah, focus pulling jadi lebih mudah. Entahlah, kita tunggu. Pastinya, bisa ada lagi yang membuat semuanya semakin praktis juga terjangkau.

Anyway, ini cuma ocehan saya yang gemes karena merasa mestinya bisa ada terobosan baru yang bikin semakin praktis, mudah dan murah. Ini karena ngelihat teknologi mobile computing lagi kenceng banget, tapi di ‘kamera’ terasa terlalu pelan mengadaptasinya.

Tinggalkan komentar