Android One Review: Evercoss One X

Android One: Evercoss One X

Android One: Evercoss One X

Sejak program Android One diumumkan di sini, saya langsung penasaran karena konsepnya. Ponsel pintar yang bukan hanya terjangkau, namun juga beroperasi dengan Android terbaru yang murni tanpa modifikasi pabrikan, dan diproduksi dengan komponen yang kualitasnya dijamin oleh Google. Tahu smartphone seri Nexus? Nah, Android One bisa kita anggap Nexus versi ekonomis, menarik sekali. Di Indonesia, Google berkolaborasi dengan 3 merek; Evercoss, Mito dan Nexian. Google Indonesia cukup berbaik hati memberi saya satu unit Android One untuk diuji, dan ini kesan-kesan saya memakai Evercoss One X selama sekitar 3 minggu.

Kemasan Evercoss One X

Kemasan Evercoss One X

Rancangan Sederhana Namun Manis

Sederhana dan fungsional, rancangan bentuk Evercoss One X tidak menawarkan sesuatu yang unik atau menonjol namun tetap manis dan enak dilihat. Dari depan, sekilas lekukannya memang mengingatkan saya pada LG Nexus 5. Kaca menutupi keseluruhan bagian depan sementara dari sisi hingga punggung dibalut oleh penutup punggung yang terbuat dari plastik. Tombol power dan volume menempel di bagian ini dan akan ikut terbawa ketika kita melepasnya. Sesuai rancangan Google, Android One tidak memiliki tombol fisik untuk home, switch maupun return karena semuanya ditampilkan di layar.

Evercoss One X Android One

Evercoss One X Android One

Tampilan belakang yang cukup manis.

Tampilan belakang yang cukup manis.

Dua port standar melengkapi sang Android One, Micro USB di bawah dan headphone di atas. Secara keseluruhan, perangkat keras terasa cukup solid, kokoh dan tidak terasa murahan. Tidak ada celah yang kurang sempurna, tidak ada derit plastik ringkih. Walau belum punya perbandingan dengan handset lain di kelas yang sama, secara pribadi saya terkesan dengan kualitas ‘bikinan’ Evercoss ini, mengingatkan saya pada Huawei Honor yang dulu saya pakai, bahkan lebih manis. Mantap, enak di genggaman, dan punggungnya tidak licin. Jika ada kekurangan mungkin satu saja, dalam 3 mingguan saja dipakai, bagian pinggiran punggungnya yang putih sudah mulai terlihat agak coklat.

20150224_074751

Earphone/handsfree port di atas.

 

20150224_074740

Micro USB standar di bawah.

 

Layar Yang Cukup Baik

Tanpa menyebut angka, luas bidang layar sentuh Evercoss One X adalah lebih kecil sedikit saja daripada Apple iPhone 6 atau Samsung Galaxy S3. Namun sementara luasnya beda tipis, untuk resolusi jangan dibandingkan dengan ponsel-ponsel pintar ‘flagship’ terbaru, namun sekelas dengan banyak handset di kisaran harganya. Lapisan kacanya lumayan kebal minyak jari tangan, namun ada baiknya dilindungi dengan anti-gores karena ini bukan kaca kelas berat macam Gorilla Glass.

20150224_074430

Walau belum HD, layar Evercoss One X tidak mengecewakan.

 

Walau sudah biasa memakai smartphone yang beresolusi tinggi dua tahunan ini, tidak ada rasa ‘kurang’ dari layar Evercoss One X. Semua ditampilkan cukup tajam dan terang. Jika waktu pertama mengaktifkan merasa tampilannya kusam, jangan langsung menganggap layarnya buruk, itu kemungkinan karena pilihan wallpapernya. Entah kenapa Evercoss ini memiliki pilihan file-file gambar wallpaper yang sangat amat buruk dan kusam, bukan justru memaksimalkan penampilan. Bagi saya, layarnya memuaskan, bahkan cukup terang untuk di siang hari.

Performa Yang Gesit

Di sini kelebihan Android One yang kualitasnya dijamin oleh Google sendiri, semua di ponsel ini dirancang untuk memungkinkan operasi yang sangat cepat, mulus dan responsif. Dari box, Evercoss One X sudah siap dengan Android versi terbaru yaitu Lollipop 5.1, dan ke depannya Google menjamin selalu mendapatkan pembaruan langsung selama 2 tahun ke depan. Jika kebanyakan pabrikan membungkus sistem operasi dengan antarmuka dan begitu banyak fitur khasnya masing-masing, Android One mengusung sistem operasi Android murni sebagaimana dirancang oleh Google. Persis seperti abangnya, seri Nexus.

Android Lollipop 5.1

Android One di Indonesia mendapat Android Lollipop 5.1 lebih dulu dari ponsel manapun di dunia.

Tidak ada campur tangan pabrikan di sistem operasi dan pada prakteknya memang terasa sekali kelebihan Android ‘murni’. Semua terasa cepat, lincah dan responsif. Tidak ada rasa lambat, tidak ada cegukan, apalagi ‘lemot’. Sejauh ini apapun yang dibuka, dijalankan tanpa ada jeda tunggu.

Memainkan game Clash of Clans di Evercoss One X.

Memainkan game Clash of Clans di Evercoss One X.

Subway Surfer di Evercoss One X

Subway Surfer di Evercoss One X

Game-game kasual seperti Subway Surfer atau Clash of Clans dijalankan lancar, loading pun tidak lama sama sekali. Kecepatan dan kelincahan Android One digabung dengan Lollipop 5.1 memberi pengalaman memakai yang mengesankan dan membuat saya yang tadinya niatnya hanya sekedar mencoba, jadi keterusan memakai setiap hari. Jangan kira ‘lemot’ hanya karena harganya murah, untuk kebutuhan normal, performanya sangat memuaskan.

Konektivitas & Penyimpanan

Buka punggung smartphone ini dan kita akan langsung melihat 2 slot SIM dan satu slot Micro SD. Evercoss One X adalah ponsel Dual SIM, yang kedua nomornya bisa standby menerima panggilan dan SMS bersamaan, sementara kita memilih salah satu yang akan dipakai untuk koneksi data 3G.

Dual SIM plus Micro SD slot.

Dual SIM plus Micro SD slot.

Walau belum mengusung konektivitas terkini seperti 4G LTE atau NFC, semua kebutuhan standar seperti Bluetooth, Wifi dan GPS dihadirkan. Dalam pemakaian, semua fitur konektivitas dasar bekerja dengan baik dan normal.

Kamera

Seperti halnya Mito dan Nexian, Android One dari Evercoss dilengkapi dengan kamera 5 megapixel di belakang, dan 2 megapixel di depan. Aplikasi kamera yang dibawa adalah standar Android, dengan fitur seperti HDR dan juga kemampuan membuat latar belakang blur dengan menggerakkan kamera. Dari semua pengalaman menggunakan ponsel pintar ini, baru di kamera lah terasa bahwa ini memang peranti entry level. Memotret terasa lamban dan tidak responsif, seperti butuh waktu setiap menjepret, ditambah lagi setelah memotret pun cara aplikasi kamera meletakkan ‘preview’ kurang gamblang.

Kamera belakang 5 megapixel

Kamera belakang 5 megapixel

Resolusi cukup, hasil jepretan normal, kualitas gambar tidak istimewa, tidak juga buruk. Tentunya jangan berharap banyak untuk memotret di dalam ruangan yang kurang penerangan atau untuk obyek yang bergerak. Kegesitan ponsel ini cukup membuat saya ketagihan memakainya untuk aplikasi sederhana, namun tidak untuk memotret. Berikut ini beberapa contoh jepretan Evercoss One X, klik untuk ukuran aslinya.

Indoor penerangan sedang, moda normal.

Indoor penerangan sedang, moda normal.

Indoor, penerangan sedang, moda HDR

Indoor, penerangan sedang, moda HDR

Outdoor, langit mendung, moda standar.

Outdoor, langit mendung, moda standar.

Outdoor, langit mendung, moda HDR

Outdoor, langit mendung, moda HDR

Bisa dilihat dari contoh, hasil foto kamera Evercoss One X sebetulnya cukup standar tidak buruk terutama untuk obyek tak bergerak, resolusi 5 megapixel pun cukup untuk kebutuhan umum. Hanya saja pengoperasiannya yang kurang gesit, untuk momen dinamis dan obyek bergerak, mungkin kita akan terlambat.

Batere

Untuk pemakaian yang tidak terlalu berat, stamina batere rasanya wajar dan cukup memadai. Bahkan dengan Dual SIM yang standby berbarengan, Evercoss One X kuat menemani aktivitas seharian sebelum butuh dicharge di sore atau malam hari. Bukan tipe super irit, namun rasanya tidak juga boros.

Stamina batere cukup memadai.

Stamina batere cukup memadai.

Tapi, jika dibawa ke luar kota, di daerah yang sinyalnya lemah, Android One ini bisa terasa jauh lebih boros dibanding handset satu SIM karena di sini handset akan sibuk terus mencari sinyal di dua jaringan sekaligus. Selain itu, stamina batere cukup memuaskan dan tidak akan membuat kita terlalu sering mencari ‘colokan’.

Kelengkapan

Selain buku manual, charger dan earphone berwarna putih yang juga berungsi sebagai handsfree headset, tiap merek dari ketiga pabrikan Android One memberi bonus berbeda. Untuk Evercoss One X, yang menjadi ekstra adalah flip cover. Secara bentuk dan warna memang flip cover ini membuat tampilan jadi lebih elegan, namun pemasangannya menggunakan perekat dan bukan mengganti penutup punggung.

Dari charger, handsfree earphone, dan flip cover.

Dari charger, handsfree earphone, dan flip cover.

Flip cover jika dipasangkan.

Flip cover jika dipasangkan.

Banyak yang suka membungkus ponsel dengan pelindung tipe ini, hanya saja saya lebih suka layar depan yang terbuka dan kurang yakin akan kekuatan cover ini, apalagi perekatnya. Untuk harganya, rasanya Evercoss memberikan paket yang sangat komplit.

Kesimpulan

Setelah lebih dari 3 minggu pemakaian yang memuaskan, tepat sebelum menulis ulasan ini, sesuatu yang aneh terjadi pada Evercoss One X saya. Di pagi hari, ia mengatakan hanya ada satu SIM card, lalu siangnya ia seperti tidak mau menyalakan layar hingga harus di-restart. Hal yang sama terulang di malamnya, bahkan restart selalu gagal dan proses booting tidak pernah sempat selesai. Mencabut batere dan semua kartu tidak membawa hasil, sampai akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk membiarkannya tanpa batere semalaman. Harapannya apapun masalahnya, kondisi bisa kembali normal setelah lama dibiarkan tanpa daya listrik, kalau tidak, ya akan saya bawa ke service center. Benar saja, di pagi harinya ketika batere dipasang lagi, semua kembali normal. Karena belum dibawa servis, saya belum tahu penyebab masalahnya, apakah software? Apakah mungkin terkena air? Sejauh ini, dari banyak teman yang juga mencoba Android One, belum ada yang mengalami kejadian serupa. Pastinya sampai saat ini semua kembali berfungsi normal.

Android One, solusi ekonomis tanpa menjadi murahan.

Android One, solusi ekonomis tanpa menjadi murahan.

Di luar satu ‘glitch’ tak terjelaskan yang saya alami dan kamera yang kurang mengesankan, memakai Evercoss One X cukup menyenangkan. Kejutan yang manis, mengingatkan kita bahwa spesifikasi super tinggi dan fitu-fitur ajaib bukanlah suatu syarat utama untuk sebuah ponsel pintar agar enak dipakai. Kenyataan bahwa saya cukup sering meraih Android One ini ketimbang Galaxy S5 ataupun Galaxy Note 3 andalan selama 3 minggu lebih adalah bukti bahwa untuk hal-hal dasar, kesederhanaan dan responsivitas (entah ada atau tidak kata ini) tetap tetap memiliki peran sendiri. Mencari peranti Android terjangkau tidak susah, tapi mencari yang ekonomis namun berkualitas di kelas ini bukannya mudah. Dalam hal ini rasanya Google dan program Android One nya bisa menjadi solusi. Setidaknya jika kita butuh satu ponsel pintar yang murah namun gesit, lengkap tanpa ‘lemot’, dan selalu mendapatkan Android versi terbaru, sekarang ada seri Android One sebagai pilihan jelas, dan Evercoss One X adalah salah satunya. Rasanya, untuk uang yang dikeluarkan, tak akan mengecewakan.

UPDATE:
Pada Kamis 26 Maret, masalah sama terjadi lagi. Layar tidak mau menyala, walau yang lain berfungsi. Setelah mencoba restart maupun cabut batere, akhirnya handset didiamkan semalaman dengan batere dicopot (lagi) dan keesokannya pulih kembali. Sampai saat ini belum diketahui penyebabnya dan belum sempat ke service center Evercoss.

Spesifikasi teknis Evercoss One X, klik di sini.